Aktivitas mendongeng kerap dilakukan oleh orang tua kepada anak saat mereka masih balita. Biasanya dilakukan sebelum tidur atau saat santai bersama keluarga.
Ada yang berbeda dengan aktivitas kali ini. Karena dongeng dibacakan oleh anak-anak usia SMP, SMA/K atau PKBM dengan pendengarnya teman sebayanya. Hal itu terjadi pada acara Bimbingan Teknis Aktualisasi Potensi Anak dan Remaja Melalui Musik dan Dongeng yang digelar pekan lalu.
Sebanyak 44 anak dari 25 provinsi di Indonesia menunjukkan kehebatannya mendongeng di hadapan teman-temannya. Menurut Pendongeng Ariyo Zidni dari Komunitas Ayo Dongeng Indonesia yang menjadi narasumber dalam bimtek tersebut, dongeng yang dilakukan oleh remaja untuk remaja lainnya sangat penting sebagai jembatan untuk menyampaikan isu-isu tertentu.
”Pada dasarnya orang senang bercerita, sama seperti anak-anak ini. Dongeng buat anak remaja sangat penting untuk media kita menyampaikan isu-isu tertentu, nilai-nilai positif yang baik. Melalui metode cerita seperti ini sangat bagus, dan biasanya jika disampaikan oleh anak seusia mereka pesannya lebih sampai,” kata Ariyo disela-sela memberikan materi.
Tidak hanya metode mendongeng, Ariyo bersama tim diantaranya Rika Endang Triyani (Ayo Dongeng Indonesia), Sofie Dewayani dan Eva Y Nukman (Litara) juga memberikan materi seputar penulisan dongeng, mengulik cerita dongeng dan cara mendongeng.
Sebagian besar peserta bimtek dongeng merupakan pelajar yang sudah terbiasa aktif di lingkungannya untuk mendongeng pada anak-anak. Beberapa pelajar bahkan aktif di organisasi sosial di kotanya.
Sebagai pelaku dongeng Indonesia, Ariyo bersemangat melihat remaja-remaja Indonesia masih memiliki minat besar terhadap dongeng di Indonesia, mengingat perkembangan zaman hampir menggeser kegiatan dongeng dikalangan anak muda.
Padahal, mendongeng memiliki banyak manfaat, diantaranya dengan mendongeng dapat merangsang kekuatan berpikir anak. Cerita yang dikeluarkan dalam dongeng memiliki alur yang baik, membawa pesan moral, berisi tentang harapan, cinta dan cita-cita.
Selain itu, dongeng juga dapat membangkitkan imajinasi anak. Dengan kata-kata yang penuh makna dan kaya arti, memicu berkembangnya imajinasi anak dan bisa mendidik anak untuk berempati terhadap orang lain.
Mendongeng juga dapat mengasah kepekaan anak terhadap bunyi-bunyian. Salah satu peserta yang mampu menunjukkan kemampuan mendongengnya dengan baik yakni Aji Triyansyah, pelajar kelas XII dari Sekolah Luar Biasa Padjajaran, Bandung, Jawa Barat.
Aji yang memiliki keterbatasan penglihatan mampu membawakan dongeng dari Tanah Pasundan dengan suara menggelegar. Dia juga bisa mengubah suara-suara mengikuti alur cerita yang dibawakannya. Aji menjadi sosok yang menginspirasi pelajar lain karena dengan keterbatasannya dia mampu menyajikan dongeng baik di hadapan teman-temannya.
”Saya sangat senang. Disini saya dapat ilmu baru, tentang cara penulisan, menghapal dari 3 bait, 4 bait dan seterusnya,” kata Aji yang menghapal menggunakan alat bantu pendengaran.
Di Bandung, Aji sudah biasa mendongeng, hanya saja dalam Bahasa Sunda. Biasanya dia mendongeng di depan teman-temannya dalam suatu acara. Pelajar yang hobby mendongeng dari kelas 6 SD ini sangat serius berlatih dongeng. Hal tersebut dibuktikan dengan latihan olah vokal terus menerus.
Setelah mendapat bimtek ini, Aji ingin meneruskan ilmunya kepada teman-temannya di sekolah. Dia juga ingin terus mendongeng dan menceritakan tentang apapun, terutama kebudayaan daerahnya. ”Saya juga ingin ikut lomba-lomba dongeng. Saingannya lumayan banyak, tapi saya tetap bersemangat terus untuk ikut,” kata Aji.