#Beritakemdikbud
Jakarta, Kemendikbud --- Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti), Kemendikbud, Nizam menjelaskan beberapa kelebihan program Bangkit. Salah satu poin penting yang dijelaskan Nizam adalah tentang dua topik pembelajaran yang menyiapkan mahasiswa untuk siap berkarir di bidang teknologi, di samping kurikulum machine learning, Kedua topik tersebut adalah pemrograman dengan pengembangan android dan dasar-dasar cloud yang berfokus pada Google Cloud Platform.
“Di setiap jalur pembelajarannya, peserta akan belajar tentang keterampilan penting yang berguna untuk mengembangkan karir masa depan mereka, seperti design thinking, kepemimpinan, komunikasi, keterampilan presentasi,” kata Nizam saat peluncuran program Bangkit secara daring, di Jakarta (15/2).
Nizam menyebutkan, ada lima belas perguruan tinggi yang tergabung di dalam konsorsium program Bangkit. Ia berharap, program ini bisa mengakselerasi lahirnya talenta dan pemimpin digital di Indonesia untuk membangun ekonomi digital yang lebih maju bertransformasi ke depan.
Head of Developers Training, Economic Impact Programs, Google, William Florance bercerita bahwa program ini diawali dari sebuah inisiatif bersama antara founding partners, perwakilan dari universitas dan pemerintah dalam menjawab ketimpangan kebekerjaan (employment gap) dan memenuhi kebutuhan SDM di Indonesia.
“Perusahaan-perusahaan teknologi, pemimpin industri merasa kesulitan mengidentifikasi dan merekrut talenta-talenta top tiers agar perusahaan mereka bisa unggul dan Indonesia bisa kembali menjadi economic powerhouse,” ungkapnya.
Di tahun 2019, pada peluncuran Bangkit pertama kalinya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim menjadi salah satu pihak yang ikut terlibat. Kala itu, program perdana ini melibatkan 300 partisipan.
“Akhirnya, kami muncul dengan misi kolektif untuk menyediakan program belajar terstruktur dan berkualitas tinggi untuk lulusan-lulusan kaliber tinggi agar bisa bergabung dengan perusahaan-perusahaan kelas dunia,” ucap William.
Lebih lanjut, William menyampaikan bahwa tahun ini Bangkit melakukan penyempurnaan program dalam mendukung cita-cita Kemendikbud menciptakan sistem pendidikan di perguruan tinggi yang lebih inovatif. “Kami dengan antusias memperkenalkan University Innovation Fellows Programme (UIF/ UIFP) di bawah payung Bangkit,” tuturnya.
UIF diselenggarakan oleh Sekolah Desain Stanford University yang terletak di Bay Area, California. Tujuannya, untuk memberdayakan siswa menjadi agen perubahan di sekolah mereka masing-masing. William mengatakan bahwa ini adalah komunitas global yang memastikan semua siswa punya sikap, skills, dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk menavigasikan dunia yang kompleks.
Program ini lanjutnya akan membantu siswa membentuk mindset kewirausahaan dan kepercayaan diri kreatif untuk menghadapi tantangan-tantangan global dan membangun masa depan lebih baik. Jadi, mahasiswa yang sudah menyelesaikan Program Bangkit, layak untuk dinominiasikan mengikuti program UIF. “Keputusan siapa yang jadi UIF ada di bawah wewenang Stanford, bukan di kami. Yang kami lakukan adalah mengundang 15 kampus yang menjadi partner kami, untuk mendaftarkan paling banyak empat fellows. Pada akhir 2021, kita seharusnya saya prediksi ada kira-kira 60 fellows yang ikut UIF,” urainya.
Berikut kelima belas perguruan tinggi yang terlibat dalam program Bangkit adalah Universitas Telkom, Binus University, Universitas Brawijaya, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Surabaya, Universitas Udayana, Universitas Dian Nuswantoro, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Universitas Padjadjaran, Institut Pertanian Bogor, Universitas Terbuka, Universitas Gunadarma, dan Universitas Negeri Yogyakarta.*** (Denty A./Aline R.)
Sumber : https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2021/02/program-bangkit-jawab-tantangan-kebutuhan-sdm-masa-depan